DISIPLIN ANAK DALAM ISLAM DAN PERSEPSI YANG KELIRU TENTANGNYA

DISIPLIN ANAK DALAM ISLAM DAN PERSEPSI YANG KELIRU TENTANGNYA #rumahkusurgaku - diminimalis.com

DISIPLIN ANAK DALAM ISLAM DAN PERSEPSI YANG KELIRU TENTANGNYA #rumahkusurgaku – diminimalis.com

Disiplin anak dalam Islam menjadi kewajiban setiap keluarga muslim wajib untuk mengajarkan kedisiplinan kepada buah hati mereka, mengingat betapa pentingnya kedisiplinan bagi masa depan anak. Tujuan kedisiplinan bagi anak adalah mendidik kepatuhan anak dengan jalan memahamkan anak terhadap ajaran agama dan norma kebaikan yang ada di dalam masyarakat, kemudian mendidik perilaku anak agar sesuai dengan aturan yang ada.

Disiplin bagi anak adalah kunci sukses bagi kehidupan masa depan. Sebab melalui disiplin, seorang anak akan tumbuh sifat yang teguh dalam memegang prinsip, tekun dalam usaha maupun belajar, pantang mundur dalam kebenaran, dan rela berkorban untuk kepentingan agama serta jauh dari sifat putus asa.

Disiplin dapat membantu anak untuk menjadi matang pribadi dan karakternya serta merubah sifat-sifat ketergantungan menjadi sifat-sifat kemandirian, sehingga ia mampu melaksanakan tanggung jawabnya. Anak akan mampu mencegah dan mengatasi permasalahan yang ada pada dirinya. Disiplin juga dapat membantu anak untuk melatih dan mengenali kontrol dirinya, serta mengenali perilaku yang salah, kemudian diharapkan mampu mengoreksi dan memperbaikinya.

Al-Ghazali rahimahullah menyatakan, “Seorang anak jika sudah diabaikan sejak awal perkembangannya, maka pada perkembangannya ia akan menjadi seorang yang buruk akhlaknya, pendusta, pendengki, pencuri, pengadu domba, serta sifat kekanak-kanakan dan tidak bisa serius dan dewasa. Itu semua hanya bisa diatasi dengan penggemblengan yang baik.”

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah Rahimahullah mengatakan, “Siapa saja yang mengabaikan pendidikan anaknya dalam hal-hal yang berguna baginya, lalu ia membiarkan begitu saja, berarti telah berbuat kesalahan besar. Mayoritas penyebab kerusakan anak adalah akibat orang tua yang mengabaikan mereka, serta tidak mengajarkan kewajiban-kewajiban dan sunnah-sunnah agama. Lalu menyia-nyiakan anak ketika kecil sehingga mereka tidak bisa mengambil keuntungan dari diri mereka, dan merekapun tidak bisa memberikan manfaat kepada ayah mereka ketika mereka dewasa.”

Disiplin anak dalam Islam dan persepsi yang keliru

Ada persepsi keliru di tengah masyarakat dalam mengartikan kedisiplinan. Bagi sebagian orang, disiplin memiliki konotasi yang negatif, sehingga mereka tidak bersedia melaksanakannya. Keluarga berjalan apa adanya, terlalu bebas dan tidak memiliki arah pijakan.

Persepsi keliru yang pertama, bahwa disiplin berarti mengikuti aturan yang sifatnya mengekang kebebasan. Hal yang perlu diperhatikan adalah kita tidak akan pernah lepas dari aturan. Aturan bukanlah hal yang buruk karena kita memerlukannya. Sebagai gambaran, di sekolah ada aturan jam datang, jam istirahat dan jam pulang, seragam sekolah, ujian yang harus dijalani, dan lain-lain. Begitu pun di rumah, misalnya waktu bermain, makan, jam tidur, dan aturan-aturan saat ada tamu yang datang. Bagaimana jika tidak dilakukan?

Aturan akan selalu ada di manapun kita berada. Disiplin tidaklah mengekang kebebasan, melainkan sekedar mengarahkan agar kebebasan tidak melanggar syariat. Islam menempatkan kedisiplinan berada di tengah antara kebebasan yang tanpa batas dan pengekangan yang menyulitkan seseorang untuk ‘bergerak’. Kebebasan tanpa batas dapat merugikan orang lain, sementara pengekangan akan merugikan orang yang dikekang. Adapun Islam memberikan toleransi terhadap kebebasan asalkan masih sesuai dengan kaidah syar’i dan aturan yang ada.

Persepsi keliru yang kedua, bahwa disiplin dengan kekerasan. Disiplin tidak mungkin ada tanpa kekerasan, sebagai satu-satunya cara untuk menjamin kedisiplinan itu terwujud. Mereka mencontohkan orang tua cenderung memukul anaknya jika anak tidak menuruti perintah orang tuanya.

menyia-nyiakan anak #rumahkusurgaku - diminimalis.com

menyia-nyiakan anak #rumahkusurgaku – diminimalis.com

Jika kita berpikir bahwa disiplin harus dengan kekerasan, maka kita salah besar. Disiplin berarti konsisten terhadap aturan dan perkataan. Hukuman yang diberikan pada saat mendisiplinkan anak tidak selalu berupa kekerasan. Kekerasan bukan penyelesaian masalah, bahkan dapat menambah masalah, serta memberi bekas yang tidak menyenangkan pada anak.

Penerapan hukuman bisa dilakukan dengan memilih hukuman yang mendidik sekaligus menyadarkan anak dari kesalahannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan teladan yang tidak pernah menerapkan hukuman dalam bentuk kekerasan kepada anak-anak.

Islam tidak mengajarkan kecuali kebaikan. Islam mengajarkan anak untuk disiplin, tetapi tidak mengajarkan untuk menjadikan anak layaknya ‘tahanan’ yang terkekang atau yang harus dijatuhi hukuman fisik. Masih banyak cara yang baik untuk mengajarkan kedisiplinan pada anak-anak kita. Saatnya kita belajar kembali. (aa)

 

admin

Suka membaca tulisan yang tidak terlalu panjang, hobi menulis yang jarang bisa menulis. Kini sedang membangun investasi dengan ngumpulin konten buat hiburan saat pensiun. :-)

All Post | Website

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *